Myspace Graphics, MySpace Glitter Graphics, MySpace Glitters, MySpace Goodies, Myspace Codes at www.MyGlitterSpace.com

Tuesday, November 3, 2009

RANGKUMAN KONFLIK DAN KEKERASAN


1. KONFLIK

Di dalam teori sosiologi, sebenarnya terdapat 3 konsep yang merupakan bagian dari proses disosiatif yaitu kompetisi, kontravensi dan konflik.

Berikut penjabarannya :

  • Kompetisi
Kompetisi (persaingan) dipahami sebagai suatu usaha saling bersaing untuk memperoleh keuntungan atau perjuangan memperebutkan tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya terbatas, yang dilakukan oleh seeseorang atau kelompok tanpa melakukan ancaman ataupun benturan fisik
  • Kontravensi
Kontravensi merupakan usaha untuk merintangi dan menggagalkan pihak lain dalam mencapai tujuannya meskipun tidak diikuti dengan niat untuk menghancurkan pihak lain tersebut.
  • Konflik
Konflik adalah proses di mana dua pihak atau lebih yang terlibat atau saling berinteraksi , pihak - pihak tersebut memiliki perbedaan latar belakang maupun tujuan yang hendak dicapai, serta jarang menggunakan berbagai ancaman /intimidasi dan kekerasan dalam mencapai keinginannya.




KONFLIK DAN PERUBAHAN SOSIAL

Konflik yang sedang dan telah terjadi dapat mendorong terjadinya perubahan sosial, khususnya bagi kedua belah pihak yang terlibat konflik sosial tersebut. Sebagai contoh, misalnya konflik bernuansa rasialisme antara kelompokn berkulit putih dan berkulit hitam yang telah berlangsung sekian lama. Konflik ini mendorong terbentuknya kebijakan-kebijakan politik baru di suatu negara, yang lebih berkeadilan dan dilandasi oleh semangat penentangan atau anti terhadap diskriminasi atas warna kulit (ras).

Konflik sosial ini dapat dihindari jika di dalam masyarakat tersebut tersedia mekanisme dan sejumlah kondisi yang mampu meredam meledaknya konflik. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat MENCEGAH munculnya konflik yang terjadi akibat perubahan sosial :
  • Pola-pola kebudayaan kama tidak dirusak atau dibuang, justru pola-pola kebudayaan baru disesuaikan dan digabungkan dengan pola yang telah ada tersebut.
  • Tidak adanya kesenjangan sosial budaya
  • Tidak ada penilaian yang menunjukkan tingkat superiotas kelompok masyarakat penerima perubahan budaya baru dengan kelompok masyarakat yang mempertahankan budaya lama.
  • Perubahan tersebut membawa keuntungan bagi semua pihak (peningkatan prestise dan status sosial kelompok /seseorang).


JENIS - JENIS KONFLIK

  • Konflik Vertikal, terjadi antarindividu ataupun antarkelompok yang memiliki perbedaan lapisan sosial. Misalnya, antara pemerintah dengan masyarakat atau antara pengusaha / pemilik modal dengan pekerja /buruh.
  • Konflik Horizontal, terjadi antarindividu ataupun antarkelompok yang berada pada kategori ataupun lapisan sosial yang sama. Misalnya, konflik antar pendukung partau atau antar penganut agama tertentu.
  • Konflik Personal, merupakan konflik yang menjadi akar dari kekerasan yang bersifat personal. Misalnya, dalam kasus konflik antarindividu yang mengakibatkan kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap seseorang yang lain.
  • Konflik Sosial /Komunal merupakan akar dari munculnya kekerasan sosial yang memiliki implikasi yang jauh lebih luas. Misalnya, dalam kasus konflik antarkelompok yang mengaibatkan terjadinya kekerasan yang beragam dan menimbulkan kerugian yang relatif besar/parah.
  • Konflik dengan nuansa-nuansa tertentu, seperti politik agama, kesukuan/etnisitas, perebutan sumber daya, dll. Misalnya, konflik sosial dengan nuansa politik (di Papua dan Aceh), konflik sosial dengan nuansa agama (di Maluku dan Poso) dan konflik sosial dengan nuansa kesukuan (di Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah).


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
  • Perbedaan antarindividu, yakni perbedaan pendirian dan perasaan yang melahirkan konflik.
  • Perbedaan kebudayaan, yakni perbedaan kepribadian yang berlatarbelakang pada pola kebudayaan yang berbeda, sehingga secara sadar dan tidak akan menyebabkan timbulnya pertentangan.
  • Pertentangan kepentingan antarindividu maupun antarkelompok, yang dilatarbelakangi oleh kepentngan ekonomi (seperti persaingan bisnis) ataupun kepentingan politik (seperti perebutan kekuasaan).



DAMPAK-DAMPAK KONFLIK

Dampak Positif :
  • Meningkatkan solidaritas dalam internal kelompok (in group solidarity)
  • Memunculkan pribadi - pribadi ataupun kelompok-kelompok yang kuat /tahan uji dalam menghadapi berbagai perubahan sosial dan konflik - konflik baru
  • Mendorong terbangunya kompromi baru atau upaya - upaya perdamaian dan integrasi di antar pihak - pihak yang terlibat dalam konflik.
  • Memperjelas aspek - aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah.
  • Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai- nilai serta interaksi sosial, sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok masing-masing
  • Mengurangi ketergantungan antarindividu ataupun antarkelompok
  • Menghidupkan norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru.
  • Mencapai keseimbangan antara kekuatan dalam masyarakat.

Dampak negatif :
  • Retaknya, bahkan hancurnya persatuan dalam suatu kelompok maupun antarkelompok.
  • Terjadi perubahann sikap /kepribadian individu dalam menanggapi perbedaan dan pihak-pihak lain, yang salah satunya disebabkan karena kebencian, dendam atau kondisi traumatik yang mendalam.
  • Munculnya dominasi kelompok pemenang terhadap kelompok yang kalah dalam suatu konflik sosial.
  • Hancurnya harta benda
  • Jatuhnya korban jiwa
  • Terjadinya berbagai bentuk tindak kekerasan.

2. KEKERASAN

Kekerasan merupakan bentuk fisik atau wujud nyata dari aksi seseorang atau sekelompok orang pada waktu dan tempat tertentu seperti perusakan, pembunuhan, tawuran,dll yang bersifat menghalangi seseorang atau sekelompok orang untuk meraih potensinya secara penuh.




BENTUK-BENTUK KEKERASAN

Berdasarkan tipe tindakan :
  • Kekerasan langsung, dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara langsung atau saling berhadapan denga pihak lain yang menjadi korbannya. Misalnya, aksi pembunuhan, penganiayaan, pemukulan,dll.
  • Kekerasan tidak langsung, perilaku membiarkan atau merumuskan seseorang menjadi korban atau melakukan aksi kekerasan. Misalnya, tindakan membiarkan adanya penghakiman massa terhadap seseorang yang dianggap melakukan kesalahan atau melanggar norma sosial.
Berdasarkan bentuk dan pelaku :
Bentuk:
  • Kekerasan Fisik, kekerasan yang berbentuk tindakan nyata yang akibatnya bisa dilihat dan dirasakan oleh tubuh atau secara fisik (pengeroyokan,pembunuhan,dll).
  • Kekerasan Psikologis, kekerasan yang menjadikan rohani atau jiwa seseorang sebagai sasarannya, sehingga membawa akibat pada berkurangnya atau bahkan hilangnya kemampuan normal kondisi kejiwaan seseorang/sekelompok orang (dipojokkan, intimidasi, teror, indoktrinasi.dll).
  • Kekerasan Struktural, kekerasan yang dilakukan oleh suatu sistem yang dikenal dan diakui keberadaannya di dalam masyarakat (perlakuan diskriminatif).
Pelaku:
  • Kekerasan individual, tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang kepada seseorang atau sekelompok orang lain.
  • Kekerasan kolektif, tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau massa tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang lain.

Berdasarkan kasus - kasus yang pernah terjadi di Indonesia
  • Kekerasan Komunal (communal violence), kekerasan yang terjadi antara dua kelompok masyarakat ataupun penyerangan suatu kelompok terhadap kelompok yang lain yang dilatarbelakangi oleh adanya sentimen etnis, agama, afiliasi politik, wilayah,dll. Contohnya, Konflik yang terjadi antar etnis, antar agama dan antar penduduk asli dan penduduk pendatang. Selain diwarnai dengan kotomi antar penduduk asli dengan penduduk pendatang, biasanya juga dilakukan dengan cara mengasosiasikan agama dengan etnis tertentu. Misalnya, konflik yang terjadi di Kalimantan Barat antara etnis Madura dan Dayak. Madura disebut sebagai pendatang dan diasosiasikan dengan agama Islam, sebaliknya Dayak disebut sebagai penduduk asli dan beragama Kristen.

  • Kekerasan Separatis (separatist violence), kekerasan sosial antara negara dan masyarakat (lokal/daerah) yang berakar pada masalah separatisme daerah. Misalnya, Kasus Aceh dan Papua yang diantaranya dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat lokal terhadap pemerintah, kemiskinan masyarakat arena menganggap sumber daya alam mereka eksploitasikan secara besar-besaran oleh pemerintah pusat, diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) dan kecemburuan terhadap para pendatang (transmigran) yang kenyataannya hidup lebih sejahtera.

  • Kekerasan negara atas masyarakat (state-community violence), kekerasan yang dilakukan oleh negara terhadap masyarakat yang mengapresiasikan protes dan ketidakpuasan mereka terhadap institusi pemerintah dalam negara, tanpa adanya motif separatisme. Contohnya, Tragedi Trisakti dan Semanggi, kasus Nipah Kuning di Sampang (Madura) dan kasus Haur Kuning di Jawa Barat.

  • Kekerasan dalam hubungan industrial (industrial relations violence), kekerasan sosial yang terjadi dalam masalah hubungan industrial, baik yang bersifat eksternal maupun internal.



TEORI K-TOM

Menurut seorang sosiolog dari Universitas Indonesia, Dr. Tamrin Amal Tomagola. Kerangkan K-Tom dapat dijadikan sarana dalam menganalisis konflik sosial. K-Tom terdiri dari :
  • Pembungkus /wadah keras, adalah faktor - faktor /variabel-variabel konstektual(nyata terlihat seperti budaya, pemerintahan, hukum) yang memfasilitasi pewadahan konflik sosial dengann kekerasan (facilitating contexts). Pembungkus ini sering kali dijadikan alasan yang dimunculkan sebagai pembenar (justifikasi) dan pemanas untuk mempercepat konflik. Unsur pembungkus ini sengaja dikemas oleh pihak - pihak tertentu untuk mengaburkan penyebab utama konflik yang sesungguhnya. Misalnya, provokator, pemanfaatan kondisi perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat.

  • Peledak /amunisi, adalah faktor - faktor yang berperan sebagai penybab pokok /akar masalah (roots of the problem). Unsur ini sering kali tidak tampak di permukaan dan tidak dianggap sebagai sumber utama, karena terbungkus oleh kemasan luar. Misalnya, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan,dll.

  • Pembakar /sumbu, adalah pengantar kejadian atau peristiwa ke pusat /sumber ledakan, yang merupakan unsur pencipta keadaan/kondisi sehingga memungkinkan terjadinya ledakan konflik sosial/komunal. Misalnya, pudarnya ikatan - ikatan kekerabatan tradisional, transisi dalam reformasi politik yang tak menentu,dll.

  • Pemicu adalah kejadian/peritiwa yang mengawali terjadinya konflik, biasanya paling tampak di permukaan dan paling mudah dikenali. Misalnya, perkelahian massal.



Diringkas dari Modul Sosiologi XI kelas sosial

Gabriella's

Template by:
Free Blog Templates